Pertanyaan ini tentu sangat mudah
di jawab? Bahwa misi agama ini adalah mengajak manusia kepada nilai-nilai
ketuhanan atau dalam bahasa yang lain adalah memurnikan TAUHID. Aplikasinya
menggunakan sistem yang telah di install oleh Allah SWT ke dalam pribadi Nabi
SAW yakni ROHMATAN LIL ALAMIN.
Apakah jawaban semacam ini telah
mampu menguliti rasa penasaran yang ada pada diri manusia?? Ternyata tidak,
buktinya banyak manusia melakukan eksplorasi dan kajian-kajian tentang ke
islaman dan menghasilkan kesimpulan masing-masing.
Kalau diibaratkan air sebagai
sumber kehidupan, maka air adalah bumbu dasar untuk bercocok tanam, memasak,
dan aktifitas kehidupan lainnya. Dalam
hal bercocok tanam akan banyak eksplorasi teknologi penggunaan air, mulai yang
tradisional sampai yang menggunakan teknologi terkini, bentuk dan macamnyapun
tidak seragam, padahal yang diolah hanya satu yakni air. Menilik dunia kuliner, kita akan mendapatkan
banyak aneka dan ragam masakan, mulai dari sayur, kue, nasi, dan lain
sebagainya. Peralatan yang digunakan bermacam-macam, jenis dan bentuknyapun
bervariasi, meski banyak menggunakan campuran tetap saja air menjadi komoditas
utamanya. Untuk penggunaan air di sisi yang lain silakkan dibayangkan sendiri.
Nah, itu umpama air sebagai
sumber utama kehidupan. Jika Islam merupakan sumber utama agama, maka akan
muncul beragam hasil eksplorasi dalam pengaplikasiannya. Perbedaan itu
merupakan sunatullah dari kecerdasan akal yang juga bagian dari karunia allah,
bahkan ditegaskan oleh Nabi SAW, bahwa agama itu akal.
Lalu apa persoalannya???
Persoalannya, kita terlalu
menekankan pada alat dan media penggunaan air, entah itu teknologi pengairan,
industri, kuliner atau kebutuhan rumah tangga. Padahal jika alat dan media kita
siapkan sementara airnya tidak ada, apakah semua alat itu berfungsi??? Ohw
tentu tidak?? (sule mode on)..
Penyaksian ke islaman seseorang
jika ditekankan pada kulit seperti pakaian dan simbol, maka kehilangan esensi
dan entitas kemusliman itu sendiri. Meski
tidak disalahkan ekses dari simbol sangat memengaruhi entitas.
Semisal : saat sebagian orang
islam –Muslim – yang tergabung dalam sebuah harokah islamiyah, kemudian
mengatakan bahwa harokahnyalah yang betul-betul sunnah dan membawa misi yang
benar, kemudian yang lain walaupun berjalan namun telah melenceng dari koridor
yang sesungguhnya. Di belahan lainnya sekelompok orang yang mengedepankan jalur
politik sebagai media dakwah- menurutnya- telah menyatakan bahwa orang-orang
yang tidak memahami politik akan dipolitiki oleh musuh-musuhnya, secara
implisit telah menuduh bahwa selain mereka adalah korban politik musuh-musuh
islam.
Atau ketika sebagian muslim yang
tergabung dalam jama’ah dakwah dengan sistem menguatkan pengamalan sunnah –
dalam pemahamannya- menjalankannya dari rumah ke rumah, masjid ke masjid,
kampung ke kampung bahkan antar negara, kemudian mengatakan “ inilah sunnah
yang sebenarnya” dan orang selain itu
objek dakwa yang harus difahamkan dengan sunnah seperti yang mereka fahami.
Atau sebagian muslim yang
menyebut dirinya anti TBC (Tahayul,
Bid’ah dan Churofat) mengatakan merekalah yang paling memahami esensi kesahihan
qur’an dan hadits, sehingga memerangi orang-orang yang mempersepsikan ‘tafsir
dan terjemahan’ selain dari apa yang mereka fahami.
Atau sebagian muslim yang senang
dengan ziarah kubur, membaca tahlil dan serentengan amaliah yang kebanyakan juga mengungkapkan dalil-dalil dan
nash serta menyatakan bahwa “orang-orang itu tidak memahami esensi agama, dan
yang difahami oleh selainnya hanyalah kulit.
Atau sebagaian muslim yang senang
kuplukan dan sarungan mengultimatum kepada pengguna jas dan celana jeans
sebagai penyelisih sunnah dan tasyabbuh dengan orang-orang kafir, dan demikian
sebaliknya.
Atau contoh-contoh konkrit yang
lainnya.....
Maka muncullah pertanyaan
sederhana??
Mana yang sebenarnya BENAR?
Pertanyaan ini kembali akan
mendapatkan jawaban “ KAMILAH YANG BENAR”
Jelas takkan pernah ada kebenaran
yang sebenar-benarnya, karena semua merasa benar.
Pertanyaan selanjutnya, di mana TUHAN
diletakkan dalam pemahaman seperti itu??
Dan kemana eksistensi ROHMATAN
LIL ALAMIN dalam aplikasi Islam yang di contohkan oleh Rasulullah SAW???
Mari kita jawab bersama.......
No comments:
Post a Comment